KecilBumi

Monday, January 29, 2007

There Is A Place In Kemang



We put the name together for you to remember there is a place in the very heart of Kemang, with air of familiarity, like someone you’ve only just met but instantly feels like an old friend.



Embrace your own moment of peace in the fast pace of everyday life. Listen to music while emerging yourself with great drinks and food as you browse the web and enjoy the company ‘cause in Between it’s all about music, food and friends.

Be the first. Find your own favourite spot...
we are opening on 7th February 2007
www.betweenlounge.com

Labels:

Friday, January 26, 2007

MoncaKalea


biarkan sedih menjadi
impian tetap akan jalan sendiri
mencari dan menemu

di mana harus larikan
nafas mencari jalannya
keluar dari dinding dada
mendobrak berkali-kali

percayakan pada hari
yang mau membagi

simpan saja
dinding itu punya banyak sudut
sisakan satu

akan mampir dia padanya
menyusu sari dan madu
kelopak yang menggoda
ada karena ingin

pergi tidak beri jalan
lekat pada sudut
tersimpan saja maknanya

lepaskan biar pergi
lewat nafas yang tertahan
malaikat menjauh
matanya teduh masih saja

bukan ajal bukan ajal
memang datang dia waktunya

Labels:

Wednesday, January 24, 2007

Sardre

Sardre mendapat namanya dari kesedihan panjang yang dialami orang tuanya memperjuangkan cinta mereka yang tidak pernah disetujui keluarga besar Marutomo, keluarga besar ibunya.

Lahirlah dia dalam pelarian ke berbagai penjuru negeri. Berpindah tempat dari satu daerah ke daerah yang lainnya. Sampai akhirnya mereka menertap di semarang. Hidup berdagang kelontong.

Sampai umurnya menginjak 17, bapaknya memberikan biola merah yang telah tersimpan begitau lama. "Jangan mainkan sebelum kau dapatkan apa yang kau cari."

Di tiga tempat Sardre bertemu tiga manusia. Patah arang jiwa dan raga. Biola itu menggerakkan tangannya. Sardre mengikut saja membawa jari-jarinya.

Derita yang amat sangat saja. Jiwa yang pupus tanpa asa saja. Atau badan yang nyaris hilang nafas Tuhan saja.

Mampu gerakkan biola itu. Mampu bernaskan sedikit asa. Sedikit saja.

Sardre tidak pernah lagi berhenti. Tragedi dan kisah sedih adalah hidupnya. Supaya ia bisa bermain. Dan hidup lain mulai. Dari bernas kembali.

Labels:

Wadu Ntanda Rahi

Batu itu sosok perempuan yang menunggu kekasihnya kembali dari melaut. Kisah cinta mereka adalah nafas tanah ini. adalah lambang kesetiaan tanpa syarat perempuan pada kodratnya. Juga pada kejujuran dan keagungan kasih.

Ia berdiri di situ dari subuh sampai fajar. dari duhur sampai isya. dari hari ke hari. dari minggu ke minggu. dari bulan ke bulan. sampai tahun menjadi berbilang. Ia tetap berdiri menunggu. kekasihnya tak kunjung merapat.

Nelayan di laut sana sering mendengar panggilannya. Berulang memecah malam. Rangga...pulanglah, Rangga.

Tubuhnya menjadi kaku. Menahan dingin angin malam. Di tahun berbilang tujuh. Tubuhnya pun menjelmai batu. masih menunggu sampai hari ini.

Nelayan masih saja mendengar lirih suaranya. Rangga...pulanglah, Rangga.

Ada juga yang percaya baru itu adalah pijakan kakinya. Disusunya bertambah tinggi dan bertambah tinggi. Agar lebih jauh ia bisa melihat. Ke cakrawala yang tiada berujung. Dan mungkin tubuhnya hilang tak berbekas. Dibawa angin malam debu dan rohnya.

Labels:

Ia akan menjadi tua dan mati. Atau menjadi batu di bukit sana.

AM: Lo pergi semua hilang. Harapan. Bahkan Monca pun tertutup hatinya.

Mn: Gw udah mau terjun. Anak-anak kapal lebih cepat narik gw balik. Gue dihajar habis.

AM: Gw harus urusin bokap lo. Rumah lo. Makanya gw di sini sekarang. Dia pikir lo ga bakalan balik. Emang ga pernah ada yang balik dari dulu juga.

Mn: Lo juga pengennya pergi dulu. Itu rencana lo. Gw malah yang ngikut. Jangan putar balikin faktanya. Gw pergi dan harus jadi orang lain. Ga punya identitas. Ga punya asal usul. Orang ga ada yang tau daerah ini . Ga ada di peta.

AM: Gw masih benci sama tanah ini. Kering . Tandus. Jangan omongin harapan lagi. Yang gw tanam tumbuh kurus dan kering. Dari lo pergi emang ada yang berubah?

Mn: Lo yang berubah. Jadi kasar dan pemarah.

AM: Lo ga tinggal di sini. Gw ngelewatin semuanya.

Mn: Monca...

AM: Ia akan menjadi tua dan mati. Atau menjadi batu di bukit sana. Bahwa lo akan kembali aja yang bikin dia tetap bertahan. Gw ga sekuat itu... Gw ga sanggup nungguin dia ngelupain lo.

Labels:

Tuesday, January 02, 2007

Ia Harus Kembali

Monca berdiri di pingiran tebing. Mone masih tidak mau melepas tangan gadis itu sampai akhirnya Monca mendorongnya berjalan ke arah pelabuhan.

Mone berbalik melihat ke samping Monca. Menunjuk dengan dagunya, "Mereka tidak akan berubah menjadi batu juga kan?"

Monca gemas mendorongnya makin menjauh dari anak-anak yang dari tadi berdiri berjejer memperhatikan mereka berdua.... "coba aja nggak kembali ke sini..."

Mone tertawa lepas. Ia mencium cepat bibir Monca sambil mengalihkan perhatian dari anak-anak itu. "mungkin harus dicoba. Aku masih belum yakin dengan legenda itu..."

Kini giliran Monca yang terbahak-bahak. Ia memberi tanda pada kumpulan anak-anak itu. Mereka lalu berhamburan mendorong Mone menjauh dari Monca dengan suara riuh. Menggiring Mone menuju pelabuhan. Tangannya masih bergerak berpura-pura menggapai udara mencari tangan Monca.

Dari kejauhan tampak Mone melempar ranselnya ke atas kapal yang sudah mulai bergerak menajuhi pelabuhan.

Anak-anak berlarian ke atas tebing. Monca berdiri di ujung memandangi kapal yang makin mengecil di cakrawala. Wajahnya merona bahagia. Tapi air mata mengalir pelan dari sudut matanya. Saat anak-anak sampai dihapusnya cepat air mata itu.

Ia meraih mereka semua seperti hendak memberi kekuatan. Sambil tersenyum ia masih memandangi cakrawala. "Ia pasti kembali.... Ia pasti kembali..."

Ia masih saja berdiri bersama anak-anak yang mulai kedinginan karena angin malam. Ia menatapi wajah mereka. "Ia harus kembali."


Selasa, 26 Desember 2006

Labels:

What Say You To Your Heart?

What does it take to say ‘I do not love you anymore?’ How much pain does it cause? How long do you need to prepare to be ready? When do you think is the right moment? And why do you hide your true feelings when the time comes?

For some it will become a journey back to the past. Reviewing every steps. Remembering every single details. Trying very hard not to cry. Or not to be broken apart.

For others it will be a turning point for the next step to the future. Forgetting every pain. Avoiding another sorrow. Trying very hard not to cry. Or not to be broken apart.

What path you will choose? What say you to your heart?


Sabtu, 23 Desember 2006

Labels:

Mata Teduh

Langit khayangan. Saat berpindah tempat lebih cepat dari angin. Mata teduh saja. Buat aku berhenti. Mata itu. Malaikat lewat. Itu yang kusangka. Di langit khayangan aku melihat.

Banyak hari lewat. Banyak hujan juga lewat. Aku berhenti lagi. Mata itu. Ini bukan khayangan. Di bumi aku berpijak kaki. Malaikat turun. Itu yang kusangka. Mata itu masih sama teduhnya.

Kenapakah muncul dia dekat lahirku? Atau ajalku sudah demikian dekatnya?


Senin, 18 Desember 2006

Labels:

Sepertinya Kukenal

Semua yang pernah menginjakkan kakinya di tanah ini, pernah menghirup nafasnya, pernah bersentuh badan dengannya, tidak akan pernah bisa pergi darinya.

Begitu kuatnya magis dalam malam maupun siangnya, subuh maupun senja kalanya, hujan maupun teriknya. Begitu kuat hingga orang berdatangan padanya. Tidak perduli apa yang akan dihadap, tidak perduli apa yang akan dirasa.

Jantungnya berdetak tanpa henti. Belum pernah mati. Tidak akan mati.

Berlapis tanah bertumpuk tebal di pundaknya. Rumah kertas, beton mencakar langit, pasak bumi, sampah, dan keringat campur debu, bahkan bangkai binatang yang tak mampu lagi terbang menghindar, dan lalu air memadatkan. Pundaknya belum lagi mengeluh.

Jantungnya kecil sekepal. Tertanam jauh didasar. Belum ada lagi yang melihat ujud rupanya. Begitu kuat kuasanya. Begitu dahsyat rahasia tersimpan dalam celah dan relung.

Mati orang di atasnya, tua orang diatasnya, bosan orang diatasnya, lahir orang dibalut hawanya. Dan seperti detak jantungnya, berulang, berulang, berulang, berulang, berulang.


Sabtu, 16 Desember 2006