21-30
meletuplah bunyi seperti meriam
habislah terkejut sekalian alam
serasa dunia bagaikan karam
ayam berkokok haripun siang
undurlah orang daripada sembahyang
turunlah pasir bagai dikarang
habislah terkejut sekalian orang
pasir disangka hujan yang titik
jatuh di atap bunyinya mengeritik
hari yang terang kelam berbalik
air yang hilir menjadi mudik
tiadalah beberapa lamanya selang
turunlah abu bagai dituang
gegera gempar sekalian orang
terkejut melihat sekalian tercengang
abu yang turun sebagai ribut
rupanya alam kelam kabut
datanglah banjir mudik dari laut
terdampar ke laut perahu hanyut
bunyi bahananya sangat berjabuh
ditempuh air timpa abu
berteriak memanggil anak dan ibu
disangkanya dunia menjadi kelabu
asalnya konon Allah Taala marah
perbuatan Sultan Raja Tambora
membunuh tuan haji menumpahkan darah
kuranglah pikir dan kira-kira
Haji Mustafa konon namanya
Rum yang mulia nama negerinya
dengan Sayid Madinah sama turunnya
di Tanah Tambora tempat singgahnya
sebab kelakuannya wa'llahu a'lamu
karena hamba nin tiada bertemu
daripada orang berkabar makanya tahu
yang melihat sekali baharulah tentu
/4r/ berkat sudah mengunjung Baitullah
segala mintanya diterima Allah
dari tanah terbit api menyala
kayu dan batu hangus dan belah
Labels: Transkripsi Syair Kerajaan Bima
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home