Wadu Ntanda Rahi
Ia berdiri di situ dari subuh sampai fajar. dari duhur sampai isya. dari hari ke hari. dari minggu ke minggu. dari bulan ke bulan. sampai tahun menjadi berbilang. Ia tetap berdiri menunggu. kekasihnya tak kunjung merapat.
Nelayan di laut sana sering mendengar panggilannya. Berulang memecah malam. Rangga...pulanglah, Rangga.
Tubuhnya menjadi kaku. Menahan dingin angin malam. Di tahun berbilang tujuh. Tubuhnya pun menjelmai batu. masih menunggu sampai hari ini.
Nelayan masih saja mendengar lirih suaranya. Rangga...pulanglah, Rangga.
Ada juga yang percaya baru itu adalah pijakan kakinya. Disusunya bertambah tinggi dan bertambah tinggi. Agar lebih jauh ia bisa melihat. Ke cakrawala yang tiada berujung. Dan mungkin tubuhnya hilang tak berbekas. Dibawa angin malam debu dan rohnya.
Labels: Kanja
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home